Saturday, May 25, 2013

Re: [id-android] WTI – 7Ways: 100% Free and fully working offline Navigation

bukannya dijogja gampang yah cari utara tinggal liat merapi disitulah utara.

On May 23, 2013 7:36 AM, "Hadiwijaya Sasanadi" <sasanadi@gmail.com> wrote:

Penulis pernah membaca sebuah hasil survey bahwa pria cenderung tidak mau bertanya bila sedang berada di daerah yang tidak dikenal. Para pria jauh lebih senang mempersiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu, misalnya peta, kompas atau perangkat navigasi yang canggih lagi akurat seperti perangkat GPS, dibandingkan harus sebentar-sebentar berhenti untuk bertanya arah.


Ada juga persepsi yang berkembang jika kaum Adam lebih mahir berelasi dengan peta, arah dan orientasi. Meskipun bukan sebuah kemutlakan, Penulis seringkali menemukan fakta bahwa kebanyakan kaum wanita agak "malas" jika harus membaca peta dan menentukan arah navigasi.


Kesulitan ini akan menjadi berlipat bagi para petualang, penjelajah, casual traveller atau bahkan bagi seseorang yang baru saja pindah lokasi tinggal. Seperti yang pernah dialami Penulis yang berpindah lokasi domisili dari Jakarta ke Ngayogyakarto Hadiningrat. Berada di sebuah lokasi yang baru, apalagi sendirian, sudah cukup merepotkan, terlebih lagi di Yogyakarta yang memang sungguh sangat istimewa ini. Mengapa?


Berbeda dengan lokasi asal Penulis di Jakarta, dimana ketika kita bertanya arah sebuah tujuan, biasanya jawaban yang kita terima kurang lebih seperti ini:"Lurus saja sampai ketemu lampu merah, belok KIRI, terus kira-kira tiga ratus meter, setelah lewat perempatan kedua, belok KANAN. Jalan sedikit sampai ketemu pertigaan belok KIRI lagi".


How is Jogja so different?


Jika kita bertanya arah di Jogja, jawaban yang senada dengan jawaban seperti di atas kurang lebih seperti ini: "Lurus sampai bangjo, ambil jalan UTARA, notok sampai beringin kembar, ambil arah TIMUR. Jalan lagi sampai ketemu perempatan, lalu ke BARAT"


Can you imagine? Where is North? Where is East?


Welcome to the club: The Confused club.

Ahahahahaa


Masyarakat Jogja memiliki orientasi arah yang didasarkan pada arah mata angin. Arah Utara di wakilkan dengan Gunung Merapi, sementara arah Selatan diwakilkan dengan Laut Selatan. Dengan mudah masyarakat Jogja akan menentukan arah yang didasarkan filosofi mata angin ini. Secara jujur, sebenarnya akan jauh lebih sederhana apabila arah ditujukan dengan mata angin ini dan sebaliknya bukan dengan arah kanan atau kiri. Sepanjang pengetahuan Penulis, di negara lain pun, khususnya di negara Barat, arah ditunjukkan dengan arah mata angin. Bukan kiri dan kanan. Karena Utara tetaplah Utara. Sementara arah kiri bisa menjadi kanan apabila orientasi kita berubah.


Setelah mendapatkan kesempatan beberapa waktu tinggal di Jogja, secara perlahan demi perlahan, Penulis mulai mengadopsi konsep arah mata angin ini, dan tidak lagi berelasi dengan kiri dan kanan. Namun kadang saat Penulis berupaya menunjukkan arah kepada wisatawan, khususnya wisatawan dalam negeri, sebisa mungkin Penulis masih tetap menggunakan konsep kiri atau kanan. I'm trying to help, not hurt. Hehe


Saat awal-awal tinggal di Jogja, kira-kira tahun 2004, penulis sampai harus membeli tiga buah kompas. Ya betul, T-I-G-A buah kompas manual. Satu diletakkan di mobil, satu diletakkan di motor dan satu lagi disimpan di dalam tas yang selalu dibawa kemanapun Penulis pergi. Dengan demikian, apabila Penulis bertanya arah sebuah tujuan, Penulis tidak lagi perlu bingung dimana arah Utara, Selatan, Timur dan Baratnya.


Mengapa tidak mempergunakan aplikasi kompas yang tersedia di perangkat mobile? Saat itu Penulis masih mempergunakan BlackBerry 9000 dan belum mempergunakan perangkat Android. Sementara BlackBerry 9000 belum menyediakan aplikasi kompas digital. Mengapa tidak mempergunakan perangkat GPS? Saat itu perangkat GPS harganya masih cukup tinggi, selain dari itu, Penulis masih belum rela membeli sebuah perangkat GPS yang hanya memiliki fungsi yang terbatas, yaitu hanya sebagai penunjuk arah saja.


Kondisi ini terus berlanjut, sambil secara perlahan Penulis mulai sedikit demi sedikit belajar memahami konsep arah Utara-Selatan-Timur-Barat, sehingga ketergantungan kepada kompas manual mulai sedikit demi sedikit berkurang. Selain dari itu, membaiknya pemahaman penulis akan nama-nama jalan dan lokasi di Yogyakarta yang memang istimewa ini membuat Penulis akhirnya dapat meninggalkan kompas manual secara total.


Memang memiliki sebuah perangkat GPS akan sangat sangat membantu kita dalam menemukan sebuah lokasi tujuan, khususnya di tempat yang baru atau sama sekali belum pernah kita kunjungi. Berdasarkan pertimbangan praktis tersebut, memiliki sebuah GPS menjadi impian Penulis. Namun alangkah baiknya jika perangkat GPS tersebut memiliki fungsi tambahkan, lebih dari sekedar hanya sebagai penunjuk arah saja.


Impian memiliki GPS itu mulai terwujud saat Penulis diperkenalkan dengan perangkat Android, sebuah perangkat kecil multi guna yang hampir mampu melakukan segalanya. Kecuali mencuci, mengepel dan menyetrika tentunya. Haha.


Awal-awal perkenalan dengan dunia Android, salah satu yang menjadi fokus pencarian dan penjelajahan Penulis adalah: Bagaimana memfungsikan Android menjadi sebuah perangkat GPS yang handal dan akurat. Mulailah penulis mencari dan mencoba berbagai-bagai progam navigasi offline. Mengapa harus offline? Bukankah Android sudah memiliki aplikasi Google Maps yang cukup akurat? Karena signal operator tidak selalu dapat diandalkan. Atau lebih tepatnya, jangan pernah sekali kali mengandalkan kualitas signal, atau yang lebih parah lagi, selalu mengasumsikan akan selalu adanya signal. You'll be dissapointed. Very very dissapointed.


Berapa sering dari kita, berada dalam situasi saat dimana saat kita sungguh-sungguh membutuhkan sebuah koneksi yang dapat diandalkan, justru pada saat itulah kualitas signal menjadi jelek. Istilah lainnya S-*-I-T H-A-P-P-E-N-S. Oleh sebab itu Penulis memiliki prinsip kerja "Expect the worst, prepare the best". So, online navigation is out! Next Please!


Secara mendasar sebuah program Navigasi Offline terdiri dari dua bagian, program dan peta. Sebuah program navigasi yang baik tidak akan menjadi maksimal apabila tidak disertai dengan sebuah peta yang baik pula. Hal yang sama berlaku pula sebaliknya. Untuk masalah peta, Penulis tidak perlu bingung, karena rekan-rekan di Navigasi.net (atau biasa disingkat Nav.net) telah melakukan sebuah pekerjaan yang luar biasa dengan selalu mengupdate peta Indonesia secara berkala, minimum dua bulan sekali. Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada rekan-rekan penggiat Nav.net. I salute you all for the continous hard work and dedications. Kudos!


Dengan demikian, proses pencarian yang tersisa adalah bagaimana mencari program navigasi yang mampu mengutilisasi peta yang tersedia di Nav.net. Saat itu peta yang disediakan adalah: Garmin, K-Nav, Navitel (NM2), Papago dan Polnav.


Penulis akhirnya memutuskan untuk mencoba Navitel terlebih dahulu. Versi yang dicoba adalah versi 5, dengan peta Indonesia dari Nav.net yang berformat NM2. Semua berfungsi baik dan optimal. Luar biasa! Apakah berhenti sampai disini? Pasti belum. Read on, Please.


Perangkat Android yang dipakai penulis saat mencoba Navitel adalah Smartfren Andro dengan sistem operasi Gingerbread. Everything works very well. Kemudian penulis menggantinya dengan Nexus S Sprint, dengan sistem operasi Gingerbread (GB) yang kemudian diupgrade ke Ice Cream Sandwich (ICS). Still everything works as expected. Kembali Penulis mendapatkan kesempatan untuk mengupgrade Nexus S ke Galaxy Nexus Sprint, dengan sistem operasi Ice Cream Sandwich. Everything still works well. Business as usual.


Then come the JellyBeans!


But wait! Something happened.


The application didn't work.


Uh oh, Houston, we have problem!


Navitel versi 5 ternyata tidak berjalan baik di JellyBeans. Mungkin saatnya melakukan upgrade program ke program Navitel terkini di versi 7. Instalasi program berjalan lancar dan Navitel dapat berjalan dengan baik di JellyBeans. Wohoo!


Houston, we're back in business!


But, wait a minute. Where's the maps? Program Navitel 7 berjalan dengan baik, namun tanpa peta sama sekali. Remember, good navigation program needs good maps too.


It's time to call Houston one more time.


Apa yang sesungguhnya terjadi? JellyBeans membawa beberapa perubahan, termasuk dalam struktur file sistem, sehingga program-program lama perlu sedikit diupdate demi menjamin kompatibilitas penuh.


Nah, permasalahan yang timbul adalah: Navitel 7 mensyaratkan peta dengan format NM3. Sementara peta yang disediakan oleh Navigasi.net adalah dalam format NM2. Bisakah dikonversi? Mungkin saja bisa. Namun karena kurangnya pengetahuan Penulis, meski sudah mencoba beberapa kali, the maps refused to load. DANG!


Setelah mencoba beberapa cara yang Penulis temukan di Internet, dan tanpa hasil seperti yang diharapkan, akhirnya Penulis menyerah, dan kembali mempergunakan Google Maps. Tentu saja harus tetap Online dan dengan akurasi yang tidak terlalu bagus. Untuk Turn-By-Turn Navigation, dapat mempergunakan Google Navigation yang sudah sedikit di-"modifikasi". Pupus sudah harapan Penulis untuk dapat memiliki program navigasi Offline yang lengkap dengan peta dari Nav.net.


Selain daripada itu, program Navitel yang dipergunakan Penulis adalah merupakan program "Try-First-Buy-Later", alias program yang sudah diubah sedemikian rupa sehingga kita dapat "mencoba" program tersebut selama kita mau, alias bajakan. Penulis memang sudah berencana untuk membeli program-program yang memang sungguh terpakai, baik di Android maupun di IOS, sebagai salah satu bentuk penghargaan kita kepada para developer yang sudah susah payah membuat program yang bermanfaat dalam kehidupan kita. After all, it's not that expensive, right? 0.99 – 4.99 USD is not expensive at all. Apalagi jika dibandingkan dengan benefit yang kita terima.


Namun apabila program Navitel tidak mampu memuat peta Nav.net, it's a big NO NO. Find some other offline navigation apps? Sure, but it has to be supported by Nav.net maps, which is very limited: Garmin, Navitel (NM2), Papago & Polnav. I think we're stuck with Google Maps for a while.


Then I found 7Ways!


Lo and behold!


7Ways adalah sebuah aplikasi navigasi offline gratis buatan Rusia dan juga didukung oleh peta Nav.net. Aplikasi ini dapat diunduh langsung dari Google Play (https://play.google.com/store/apps/details?id=com.navikey.seven_ways&hl=en). Sementara petanya dapat diunduh dari Nav.net (http://www.navigasi.net). Selain dari file peta, yang perlu diunduh antara lain:


Indonesian Language & Keyboard

http://www.navikey.ru/catalog/lang/7ways_indonesia_language.zip


Indonesian Voice

http://www.navikey.ru/catalog/sound/7ways_indonesia_voice.zip


English Quick User Guide

http://www.navikey.ru/files/7w/EN_7Ways_QuickUserGuide.pdf


English Full User Guide

http://www.navikey.ru/files/7w/EN_7Ways_UserGuide.pdf


Please beware. It's a huge maps. I mean really H-U-G-E! Downloading 436 MB is not kids stuff. After installation it will be expanded to a whopping 746 MB!


Proses instalasi terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap instalasi peta Nav.net di PC atau Laptop. Setelah proses instalasi selesai, akan dibuat sebuah folder MyMaps di drive C. Masuk ke folder tersebut maka kita akan menemukan sebuah folder seperti nama program yang kita pilih dan dalam hal ini adalah 7ways. Di dalam folder tersebut kita akan temukan kumpulan file peta. Tahap kedua adalah proses instalasi aplikasi 7Ways di perangkat Android kita.


Paska proses instalasi di Android, segera eksekusi program 7Ways. Akan ada pesan kesalahan untuk memasukkan peta dasar. Acuhkan saja. Segerea keluar dari program 7Ways. Hubungkan perangkat Android kita ke PC atau Laptop. Coba telusuri folder-folder pada perangkat Android dan kita akan menemukan sebuah folder baru, yang dinamakan "7Ways".


Masukkan semua file peta yang tersedia di drive "C:\myMaps\navigasi\7Ways" ke folder "7Ways/maps". Ekstrak file Indonesian Voice dan Indonesian Language. Masukkan file "Indonesia.7wv" ke folder "7Ways/sound". Lalu masukkan file "Indonesia.7wl" ke folder "7Ways/languages".


Then, you're good to go.


Try it, and you're gonna love it. It's actually a turn-by-turn navigation program. It may not as sophisticated as other paid programs. But it is accurate. Applicable for entire Indonesia area. And the best thing is: it's completely free! No guilty feelings anymore. Hehe


So? What's next?


Happy navigating, and left those analog compass at home..


See you around...


Don't forget, safety comes first.


Lastly...


Jangan lupa mampir ke Jogja ya...


Ahahahahah

--
==========
 
INDOSAT SUPER 3G plus
http://www.indosat.com/Personal/Internet/INDOSAT_SUPER_3G_plus
---------------------
ID-Android on YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=0u81L8Qpy5A
--------------------
Web Hosting, Zimbra Mail Server, VPS gratis Raspberry Pi : http://www.hostune.com
--------------------
Aturan Umum ID-Android: http://goo.gl/MpVq8
Join Forum ID-ANDROID: http://forum.android.or.id
==========
---
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "[id-android] Indonesian Android Community " dari Grup Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke id-android+berhenti berlangganan@googlegroups.com .
 
 

--
==========
 
INDOSAT SUPER 3G plus
http://www.indosat.com/Personal/Internet/INDOSAT_SUPER_3G_plus
---------------------
ID-Android on YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=0u81L8Qpy5A
--------------------
Web Hosting, Zimbra Mail Server, VPS gratis Raspberry Pi : http://www.hostune.com
--------------------
Aturan Umum ID-Android: http://goo.gl/MpVq8
Join Forum ID-ANDROID: http://forum.android.or.id
==========
---
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "[id-android] Indonesian Android Community " dari Grup Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke id-android+berhenti berlangganan@googlegroups.com .
 
 

No comments:

Post a Comment