Sudah diluncurkan, ramai dipromosikan, dicari banyak peminat, tetapi stok sangat terbatas. Itulah yang terjadi dengan Asus Zenfone 4, Zenfone 5, dan Zenfone 6. Penulis kebetulan telah mencicipi Zenfone 4 dan menjumpai beragam plus minus di ponsel itu.
Zenfone 4 layak diberi nilai plus karena:
Satu: hasil jepretan kamera terbilang bagus dibandingkan ponsel lain berharga setara, bahkan yang lebih mahal sampai sekitar Rp 600 ribu. Kamera juga dibekali aneka efek yang menarik dieksplorasi.
Dua: untuk sebuah ponsel berharga jual resmi Rp 1,099 juta dan harga pasar saat ini Rp 1,2 juta, respons Zenfone 4 tergolong gegas. Antilelet.
Zenfone 4 juga pantas memperoleh nilai minus lantaran:
Satu: built quality di bagian tertentu sangat mengecewakan. Gambarannya begini. Anggaplah Zenfone 4 terbagi menjadi dua bagian besar. Pertama, back cover alias penutup baterai. Yang ini tergolong bagus.
Kedua, bagian yang menyatu dengan layar. Anda bisa menamakan bagian kedua itu sebagai sisi atas atau sisi depan, bergantung dari mana Anda memandangnya. Nah, bagian depan tersebut memiliki built quality alias kualitas pengerjaan yang mengecewakan. Bagian tepi bodi Zenfone 4 milik penulis yang diterima dalam kondisi tersegel, bila diteliti ternyata tampak geripis. Bukan hanya di salah satu sisi, melainkan di tiga sisi sekaligus: kiri, kanan, dan atas.
Dua: rakus baterai. Baterai bawaan Zenfone 4 berkapasitas 1.200 mAh. Setelah diisi ulang untuk kali pertama lalu digunakan, daya baterai berkurang dari seratus persen menjadi lima persen hanya dalam 2 jam 12 menit. Padahal, ponsel cuma dipakai untuk memantau email, mengunduh aplikasi berukuran 12 MB, dan beberapa saat memainkan Minion Rush alias Despicable Me.
Setelah di-charge lima kali, daya tahan baterai membaik signifikan. Itu pun rata-rata 4,5 jam saja. Paling lama nyaris menyentuh lima jam. Dengan demikian, meskipun paket penjualan Zenfone 4 menyertakan dua baterai, pengguna idealnya tetap membekali diri dengan power bank atau charger. Tanpa membawa salah satu peranti tersebut, pengguna harus siap kehabisan baterai saat seharian beraktivitas.
Apakah selama uji pakai Zenfone 4 sama sekali tak dipakai bertelepon? Dipakai sih. Namun, karena kondisi yang dipaparkan pada poin nomor 4 di bawah, ia praktis hanya digunakan bertelepon dalam hitungan detik.
Tiga: biarpun cuma dipakai untuk aktivitas ringan, bodi belakang ponsel relatif mudah terasa hangat mendekati panas. Kondisi itu semakin kentara kalau pengguna melepaskan back cover, kemudian langsung meraba permukaan baterai.
Empat: setiap kali digunakan menelepon, tak lama kemudian layar padam dan tidak dapat dinyalakan lagi. Menekan tombol power terbukti gagal menyelesaikan masalah. Satu-satunya cara yang manjur adalah melepaskan baterai, memasangkannya kembali, lalu sekali lagi mengaktifkan ponsel.
Kondisi di atas tak terjadi bila Zenfone dipakai untuk mengeksekusi perintah USDD/UMB. Misalnya, *123#.
Layar “mabuk” di atas terjadi sejak hari pertama pemakaian. Siang ini, 29 April 2014 pukul 13.31, sebuah solusi jitu tanpa sengaja ditemukan. Ini jurusnya: setiap kali ponsel baru diaktifkan, segera lakukan panggilan telepon. Bebas mau menelepon ke nomor berapa pun. Asal pencet nomor juga boleh kok. Begitu proses dial dimulai, 2-3 detik kemudian panggilan boleh diakhiri. Dengan melakukan langkah tersebut, probabilitas layar Zenfone 4 “mabuk” saat dipakai bertelepon akan menurun drastis dari seratus persen menjadi di bawah lima persen.
Lima: di menu bawaan tidak tersedia pilihan untuk mengunci ponsel supaya selalu berada di jaringan 3G. Hal itu berpotensi memicu masalah karena ada operator yang menawarkan paket internet khusus di jaringan 3G. Sebagian pengguna biasanya juga gemar mengunci ponsel di jaringan 3G demi menikmati kecepatan akses yang lebih baik.
Salam,
Herry SW
No comments:
Post a Comment